Pages

Minggu, 05 Oktober 2014

PROFIL KH SLAMET EFFENDY YUSUF


Drs. KH. Slamet Effendy Yusuf, M.Si. Lahir di Ajibarang,  Kab. Banyumas Jawa Tengah pada 12 Januari 1948. Beliau adalah putra pertama dari empat bersaudara dari pasangan KH Yusuf Azhari dan Hj. Umi Kulsum. KH.Slamet Effendy Yusuf merupakan Ketua Yayasan Aji Yumika Ajibarang, yang membawahi tiga lembaga pendidikan yaitu MI, MTs,  dan MA Modern Al-Azhary Ajibarang.

Beliau dibesarkan dalam lingkungan santri, yang bisa menjadikannya sebagai pemimpin muda Islam. Seperti saat beliau menjalankan pendidikan di Madrasah Mualimin Al-Hidayah, beliau aktif dalam Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan saat duduk di bangku kuliah, beliau aktif dalam PMII dan Dewan Mahasiswa IAIN Jogjakarta. Sampai setamatnya dari bangku kuliah, beliau aktif di Gerakan Pemuda Ansor, Organisasi Pemuda Nahdlatul Ulama.

Setamatnya dari Madrasah Mualimin, beliau sempat melanjutkan di Fakultas Tarbiyah di kotanya Purwokerto, namun hanya selama dua bulan. Kemudian beliau pindah ke Jogja (1968) masuk Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga. Ketika kuliah, selain menjadi Ketua Dewan Mahasiswa (1973-1975), waktunya banyak digunakan untuk aktivitas di PMII dan Gerakan Pemuda Ansor.


Pada 1972, Beliau dipilih menjadi Ketua Cabang PMII Jogja. Dimana beliau yang menjadi motor perubahan yang memperjuangkan agar PMII, sebagai gerakan mahasiswa, menjadi organisasi yang independen dari struktur Partai NU sebagaimana dirumuskannya dalam Deklarasi Murnajati.

Sejak di bangku SR sampai di bangku kuliah, selain aktif dalam organisasi, beliau juga aktif dalam kepenulisan. Beliau memulai bakat menulisnya tersebut dengan mendirikan sebuah majalah pelajar yaitu "Nur Al_Hidayah". Kemudian bakatnya tersebut beliau teruskan sampai beliau duduk di bangku kuliah. Beliau aktif menulis di beberapa surat kabar yang terbit di Yogyakarta maupun di Jakarta, selain itu beliau juga semat menjadi Penyiar radio Mahasiswa IAIN pada 1970.


Bakat menulisnya tidak hanya berhenti sampai bangku kuliah saja. Bakatnya tersebut beliau lanjutkan sampai setamatnya dari S1 Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beliau menjadi wartawan di Harian Pelita. Pilihannya untuk menjadi wartawan sesuai dengan bakat yang dimilikinya sejak duduk di bangku SR. Selama menjadi wartawan, beliau gemar sekali meliput kegiatan mahasiswa, pendidikan dan politik. Sehingga hal itu membuatnya akrab dengan tokoh-tokoh dewan mahasiswa maupun kemahasiswaan atau kepemudaan dan politik.


Pada 1988, beliau memutuskan untuk berhenti menjadi wartawan. Kemudian pada 1989, beliau bersama Suhardibroto, Panda Nababan, Sutradara Gintings, dan Lukman Umar, melahirkan majalah Forum Keadilan yang mengulas tentang hukum dan keadilan. Di sana beliau sempat menjadi Wakil Pemimpin Redaksi dan Wakil Pemimpin Umum.


Dari tangannya juga beliau mendirikan dan menjadi Pemimpin Redaksi Warta NU, sebuah media untuk kalangan Nahdlatul Ulama dan sempat menjadi redaktur majalah Risalah Islamiyah, Risalah NU, Jurnal Kebudayaan  dan Jurnal Pendidikan.



Karena pengalamannya berorganisasi, membuatnya juga terjun ke dunia politik. Di partai Golkar beliau memulai karirnya di bidang politik. Beliau pernah menjabat sebagai Ketua Departemen Pemuda DPP Golkar periode 1988-1993, yang mengantarkannya menjadi anggota MPR-RI pada periode 1988-1993 serta sebagai anggota DPR-RI pada periode 1992-2009. Setelah reformasi bergulir, dalam paradigma baru Partai Golkar pimpinan Akbar Tanjung beliau menjadi Ketua DPP Partai Golkar dan Ketua Pelaksana Harian Panitia Konvensi Partai Golkar. Saat ini beliau menjadi Ketua PBNU (2010-2015) serta Ketua MUI (2009-2014).

0 komentar:

Posting Komentar