Pages

Minggu, 05 Oktober 2014

BIOGRAFI SINGKAT KH YUSUF AZHARY

Masa Kecil KH Yusuf Azhary
KH Yusuf Azhary lahir di kota kecil bernama Plered, yang merupakan bagian dari wilayah  Cirebon. Tanggal kelahiran beliau tidak diketahui akte lahirnya. Saat usia remaja beliau  pernah tinggal di Mekkah sekitar tahun 1920-1930. Dari data tersebut dapat diperkirakan bahwa tahun  kelahiran beliau adalah sekitar tahun 1912.

Orang tua KH Yusuf bernama H Abdul Hamid dan Hj Marwiyah Muda. Mereka pedagang besar yang sukses di kota Plered. Sejumlah toko di pinggir jalan utama Plered menjadi sumber penghasilan keluarga. Barang dagangannya berupa hasil bumi seperti beras. Namun Hj Marwiyah Muda ingin ada anaknya yang mendalami ilmu agama Islam. Hj Marwiyah Muda tidak ingin semua anaknya sibuk berdagang. Untuk itu, Yusuf Azhary muda diarahkan untuk memusatkan perhatian pada agama Islam. Setelah mendapat dasar pengetahuan agama dari pondok pesantren di Babakan, Ciwaringin, Yusuf Azhary muda diberangkatkan ke Mekkah. Kebetulan terdapat H Anwar, salah satu paman KH Yusuf, yang menjadi pegawai kantor Konsulat Jenderal Belanda di Jeddah, Saudi Arabia.

Belajar  di Mekkah
Sejak usia 9 tahun KH Yusuf menetap di Mekkah bersama dua orang saudara sepupunya yang bernama Mansur dan Muhsin. Mereka tinggal di sebuah rumah milik Hj Marwiyah Tua yang terletak di dekat Masjidil Haram. Selama tinggal di Jazirah Arab, KH Yusuf sempat menginjakkan kaki ke wilayah Mesir dan Palestina.

Dari catatan pribadi KH Yusuf terdapat keterangan tentang masa hidupnya di Mekkah. KH Yusuf menulis: ...Mukim di  Mekkah Mukarromah  5  tahun, di  Madrasah  Fahriyyah Muhafadhoh Quran dengan Syekh Hasan Al-Arabi Al-Mardad kemudian ke  Mesir ke  Darul Ulum kemudian  ziarah  ke  Baitul Maqdis Yerussalem.

Di Mekkah al Mukaromah, beliau belajar Al-Qur’an di  Madrasah  Fakhriyyah Muhafadhoh Quran kepada Syekh Hasan Al-Arabi Al-Mardad. Setelah  dari Mekkah  beliau  melakukan  perjalanan  menuntut  ilmu  di Mesir  di  Madrasah  Darul Ulum. Hanya  saja proses belajar di sana tidak  berlangsung sesuai rencana sebab orang tua KH Yusuf memanggilnya  pulang  ke  Jawa. Dalam  kesempatan  menuju   Mesir  tersebut, KH  Yusuf  menyempatkan diri berziarah  ke  Baitulmaqdis  di Palestina, ke  Makam Nabi Ibrahim as., dan ke  Gunung Thursina  tempat  Nabi Musa as. memperoleh wahyu.

Kembali ke Tanah Air
Sepulangnya dari Jazirah Arab, KH Yusuf meneruskan pendidikan agama di sejumlah pondok pesantren. KH Yusuf pernah nyantri kepada Syekh Umar di Jetis, Kebumen, KH Munawwir di Krapyak, Yogyakarta, serta Kyai Imam Wonokromo, Yogyakarta. KH Yusuf juga pernah berguru kepada Kyai Mansur di Popongan, Klaten, Mbah Kyai Umar Mangkuyudan, dan ke Kaliwungu, Kendal. KH Yusuf  telah  hafal  Al-Quran  sejak tahun 1936.

Sebagaimana  dibahas di atas, KH Yusuf  mengambil  sanad  Al-Quran langsung  dari  KH  Munawwir Krapyak, sebagai  berikut:
  1. Dari Pemilik Wahyu Sayyida Muhammad Saw dari Jibril as dari Lauhil Mahfudz dari  Allah Rabbul Izzati Jalla wa  ‘ala
  2. Dari para penulis  wahyu Ubay Ibn Kaab, Abdullah Ibnu Masud, Zaid  Ibn Tsabit dan Ali Ibn Abi Tholib Karamallahuwajhah
  3. Dari Sayyidina Utsman Ibn Affan Ra
  4. Dari Syaikh Abdurrohman Abdullah Ibnu Khubaib dari  Syekh  Salami dan Syaikh Zubair Ibnu  Khubaisy  al-Asadi
  5. Dari Syekh Imam ‘Asim Ibnu  Ali  an-Najd  al-Kufi
  6. Dari Syekh Imam Hafs Ibnu Sulaiman al-Bazari
  7. Drai  Syekh Abdussobah an-Nahsyali
  8. Dari  Syekh Al-Abbas Ahmad al-Asyani
  9. Dari Syekh Abi-Alhasan Ali  Thahir
  10. Dari  Syekh Al-Imam  Al-Hafid  Ali Amr ad-Dani
  11. Dari  Syekh  Abi  Daud  Sulaiman  bin  Najah
  12. Dari  Syekh Abil Hasan Ali  bin Hadbal
  13. Dari Syekh Imam Syatibi
  14. Dari Syekh Abi Hasan Ali  bin Syuja  al-Misri 
  15. Dari  Syekh  Abi Abdillah Muhammad  ibnu Abdul Kholiq Ibnu Asyai  al-Misri
  16. Dari As Syaikh Abi  Abdurrahman Ibnu Ali al-Baghdadi
  17. Dari Syekh  Al-Hafid Al-Muhaqiq Muhammad  al-Jazari
  18. Dari  Syekh  Abi Al-Abbas Ahmad  bin  Bakar an-Nuwairy
  19. Dari Syeikhul Islam Zakaria Ibnu  Muhammad  al-Anshori
  20. Dari  Syekh  Al-Bashir  Ahmad  at-Tablawi
  21. Dari Syekh Sahadzah al-Yamani
  22. Dari Syekh  Saifuddin  bin Attoillah al-Fadholi
  23. Dari Syekh Sulton  bin  Ahmad al-Mazahi
  24. Dari Syekh Abi as-Suud  Assyahir bi Abinauri
  25. Dari Syekh Ahmad  al-Asfati
  26. Dari Syekh Muhammad  al-Himsoni
  27. Dari Syekh Ubaidah al-Quwwali
  28. Dari Syekh Ubaidah an-Nuqosyi
  29. Dari Syekh Ayyub Luth  ad-Dimyati
  30. Dari Syekh Abdullah  Luth  ad-Dimyati
  31. Dari Syekh Muhamad Abi-al Ghozza  ad-Dimyati
  32. Dari Syekh  Ahmad al-Kharuni ad-Dimyati
  33. Dari Syekh Sayyid Indi ad-Dimyati
  34. Dari Syekh  Yusuf  Hussain an-Nahir bin  Abi Hajar
  35. Dari Syekh  Munawwir  bin Abdullah Ar-Rosyad
  36. Dari Syekh  Yusuf  al-Azhary


Mendirikan Pesantren
Setelah Proklamasi kemerdekaan, KH Yusuf Azhary hijrah ke Purwokerto di Dukuh Karangcengis, Desa Lesmana Kecapatan Ajibarang dan dinikahkan dengan  Ummi Kulsum, putri H Muhsin, seorang tokoh  masyarakat dan hartawan yang sangat peduli pada  perjuangan dan pendidikan Islam. Saat itulah gejolak revolusi sedang berlangsung. KH Yusuf muda  juga terlibat aktif  dalam perjuangan mempertahankan proklamasi kemerdekaan dengan menjadi kepala Hizbullah  wilayah Ajibarang dengan pangkat Kapten. Setelah  pengakuan kemerdekaan, sempat ditawari untuk  melanjutkan karir di bidang militer sebagai Tentara  Nasional Indonesia. Namun atas pertimbangan  mertuanya beliau memilih  menjadi  ustadz kampung dengan memberikan pengajian Al-Qur’an  dan mendirikan Madrasah Diniyah pertama kali di wilayah Kecamatan Ajibarang.

Saat itu sistem pendidikan keagamaan  hanya sebatas ngaji langsung kepada kyainya, belum menjadi sebuah lembaga pendidikan. KH Yusuf Azhary  sebagai  guru Al-Qur’an menggunakan sistem pengajian  yang masih sederhana dan tidak terorganisir. Oleh karena itu, pada usia sepuh  beliau  mengajukan maksud  kepada anak-anaknya untuk mendirikan lembaga pesantren Al-Qur’an, khususnya Qirratussab’ah (tujuh macam bacaan Qiraat  dalam Al-Qur’an), yang nantinya, lembaga ini  juga  akan  mendirikan pendidikan umum  dalam  upaya   mengimbangi  perkembangan zaman dan  menjadikan masyarakat memiliki  kekuatan di bidang-bidang ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan.

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Azhary didirikan tanggal 24 November 1986 dengan menekankan pengajaran  dan pendidikan  hafalan Al-Quran. Pola  yang dikembangkan masih bersifat tradisional dimana seorang santri  menghafal Al-Qur’an  dan “menyetorkan” hasil  hafalan per halaman pada pengasuh.

Dari tahun 1950 hingga sekarang sudah ratusan santri  yang pernah belajar  kepada beliau. Murid-murid  beliau  datang dari berbagai  wilayah di Indonesia dan bahkan dari negeri “Jiran” Malaysia yang sekarang menjadi salah satu Imam Masjid di negara bagian Selangor  Malaysia.






0 komentar:

Posting Komentar