Masa Kecil KH Yusuf Azhary
KH Yusuf Azhary lahir
di kota kecil bernama Plered, yang merupakan bagian dari wilayah Cirebon. Tanggal
kelahiran beliau tidak diketahui akte lahirnya. Saat usia remaja beliau pernah tinggal di Mekkah sekitar tahun
1920-1930. Dari data tersebut dapat diperkirakan bahwa tahun kelahiran beliau adalah sekitar tahun 1912.
Orang tua KH
Yusuf bernama H Abdul Hamid dan Hj Marwiyah Muda. Mereka pedagang besar yang
sukses di kota Plered. Sejumlah toko di pinggir jalan utama Plered menjadi
sumber penghasilan keluarga. Barang dagangannya berupa hasil bumi seperti
beras. Namun Hj Marwiyah Muda ingin ada anaknya yang mendalami ilmu agama
Islam. Hj Marwiyah Muda tidak ingin semua anaknya sibuk berdagang. Untuk itu,
Yusuf Azhary muda diarahkan untuk memusatkan perhatian pada agama Islam.
Setelah mendapat dasar pengetahuan agama dari pondok pesantren di Babakan,
Ciwaringin, Yusuf Azhary muda diberangkatkan ke Mekkah. Kebetulan terdapat H
Anwar, salah satu paman KH Yusuf, yang menjadi pegawai kantor Konsulat Jenderal
Belanda di Jeddah, Saudi Arabia.
Belajar
di Mekkah
Sejak usia 9
tahun KH Yusuf menetap di Mekkah bersama dua orang saudara sepupunya yang
bernama Mansur dan Muhsin. Mereka tinggal di sebuah rumah milik Hj Marwiyah Tua
yang terletak di dekat Masjidil Haram. Selama tinggal di Jazirah Arab, KH Yusuf
sempat menginjakkan kaki ke wilayah Mesir dan Palestina.
Dari catatan
pribadi KH Yusuf terdapat keterangan tentang masa hidupnya di Mekkah. KH Yusuf
menulis: ...Mukim di Mekkah Mukarromah 5
tahun, di Madrasah Fahriyyah Muhafadhoh Quran dengan Syekh Hasan
Al-Arabi Al-Mardad kemudian ke Mesir
ke Darul Ulum kemudian ziarah
ke Baitul Maqdis Yerussalem.
Di Mekkah al
Mukaromah, beliau belajar Al-Qur’an di
Madrasah Fakhriyyah Muhafadhoh
Quran kepada Syekh Hasan Al-Arabi Al-Mardad. Setelah dari Mekkah
beliau melakukan perjalanan
menuntut ilmu di Mesir
di Madrasah Darul Ulum. Hanya saja proses belajar di sana tidak berlangsung sesuai rencana sebab orang tua KH
Yusuf memanggilnya pulang ke
Jawa. Dalam kesempatan menuju
Mesir tersebut, KH Yusuf
menyempatkan diri berziarah
ke Baitulmaqdis di Palestina, ke Makam Nabi Ibrahim as., dan ke Gunung Thursina tempat
Nabi Musa as. memperoleh wahyu.
Kembali ke Tanah Air
Sepulangnya dari Jazirah Arab, KH Yusuf
meneruskan pendidikan agama di sejumlah pondok pesantren. KH Yusuf pernah
nyantri kepada Syekh Umar di Jetis, Kebumen, KH Munawwir di Krapyak,
Yogyakarta, serta Kyai Imam Wonokromo, Yogyakarta. KH Yusuf juga pernah berguru
kepada Kyai Mansur di Popongan, Klaten, Mbah Kyai Umar Mangkuyudan, dan ke Kaliwungu,
Kendal. KH Yusuf telah hafal
Al-Quran sejak tahun 1936.
Sebagaimana dibahas di atas, KH Yusuf mengambil
sanad Al-Quran langsung dari
KH Munawwir Krapyak, sebagai berikut:
- Dari Pemilik Wahyu Sayyida Muhammad Saw dari Jibril as dari Lauhil Mahfudz dari Allah Rabbul Izzati Jalla wa ‘ala
- Dari para penulis wahyu Ubay Ibn Kaab, Abdullah Ibnu Masud, Zaid Ibn Tsabit dan Ali Ibn Abi Tholib Karamallahuwajhah
- Dari Sayyidina Utsman Ibn Affan Ra
- Dari Syaikh Abdurrohman Abdullah Ibnu Khubaib dari Syekh Salami dan Syaikh Zubair Ibnu Khubaisy al-Asadi
- Dari Syekh Imam ‘Asim Ibnu Ali an-Najd al-Kufi
- Dari Syekh Imam Hafs Ibnu Sulaiman al-Bazari
- Drai Syekh Abdussobah an-Nahsyali
- Dari Syekh Al-Abbas Ahmad al-Asyani
- Dari Syekh Abi-Alhasan Ali Thahir
- Dari Syekh Al-Imam Al-Hafid Ali Amr ad-Dani
- Dari Syekh Abi Daud Sulaiman bin Najah
- Dari Syekh Abil Hasan Ali bin Hadbal
- Dari Syekh Imam Syatibi
- Dari Syekh Abi Hasan Ali bin Syuja al-Misri
- Dari Syekh Abi Abdillah Muhammad ibnu Abdul Kholiq Ibnu Asyai al-Misri
- Dari As Syaikh Abi Abdurrahman Ibnu Ali al-Baghdadi
- Dari Syekh Al-Hafid Al-Muhaqiq Muhammad al-Jazari
- Dari Syekh Abi Al-Abbas Ahmad bin Bakar an-Nuwairy
- Dari Syeikhul Islam Zakaria Ibnu Muhammad al-Anshori
- Dari Syekh Al-Bashir Ahmad at-Tablawi
- Dari Syekh Sahadzah al-Yamani
- Dari Syekh Saifuddin bin Attoillah al-Fadholi
- Dari Syekh Sulton bin Ahmad al-Mazahi
- Dari Syekh Abi as-Suud Assyahir bi Abinauri
- Dari Syekh Ahmad al-Asfati
- Dari Syekh Muhammad al-Himsoni
- Dari Syekh Ubaidah al-Quwwali
- Dari Syekh Ubaidah an-Nuqosyi
- Dari Syekh Ayyub Luth ad-Dimyati
- Dari Syekh Abdullah Luth ad-Dimyati
- Dari Syekh Muhamad Abi-al Ghozza ad-Dimyati
- Dari Syekh Ahmad al-Kharuni ad-Dimyati
- Dari Syekh Sayyid Indi ad-Dimyati
- Dari Syekh Yusuf Hussain an-Nahir bin Abi Hajar
- Dari Syekh Munawwir bin Abdullah Ar-Rosyad
- Dari Syekh Yusuf al-Azhary
Mendirikan Pesantren
Setelah Proklamasi
kemerdekaan, KH Yusuf Azhary hijrah ke Purwokerto di Dukuh Karangcengis, Desa
Lesmana Kecapatan Ajibarang dan dinikahkan dengan Ummi Kulsum, putri H Muhsin, seorang tokoh masyarakat dan hartawan yang sangat peduli
pada perjuangan dan pendidikan Islam.
Saat itulah gejolak revolusi sedang berlangsung. KH Yusuf muda juga terlibat aktif dalam perjuangan mempertahankan proklamasi
kemerdekaan dengan menjadi kepala Hizbullah
wilayah Ajibarang dengan pangkat Kapten. Setelah pengakuan kemerdekaan, sempat ditawari untuk melanjutkan karir di bidang militer sebagai Tentara Nasional Indonesia. Namun atas
pertimbangan mertuanya beliau
memilih menjadi ustadz kampung dengan memberikan pengajian
Al-Qur’an dan mendirikan Madrasah
Diniyah pertama kali di wilayah Kecamatan Ajibarang.
Saat itu sistem pendidikan
keagamaan hanya sebatas ngaji langsung
kepada kyainya, belum menjadi sebuah lembaga pendidikan. KH Yusuf Azhary sebagai
guru Al-Qur’an menggunakan sistem pengajian yang masih sederhana dan tidak terorganisir. Oleh
karena itu, pada usia sepuh beliau mengajukan maksud kepada anak-anaknya untuk mendirikan lembaga
pesantren Al-Qur’an, khususnya Qirratussab’ah (tujuh macam bacaan Qiraat dalam Al-Qur’an), yang nantinya, lembaga
ini juga
akan mendirikan pendidikan
umum dalam upaya
mengimbangi perkembangan zaman
dan menjadikan masyarakat memiliki kekuatan di bidang-bidang ekonomi, sosial,
politik dan kebudayaan.
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Al-Azhary didirikan tanggal 24 November 1986 dengan menekankan pengajaran dan pendidikan hafalan Al-Quran. Pola yang dikembangkan masih bersifat tradisional
dimana seorang santri menghafal
Al-Qur’an dan “menyetorkan” hasil hafalan per halaman pada pengasuh.
Dari tahun 1950 hingga sekarang sudah
ratusan santri yang pernah belajar kepada beliau. Murid-murid beliau
datang dari berbagai wilayah di
Indonesia dan bahkan dari negeri “Jiran” Malaysia yang sekarang menjadi salah
satu Imam Masjid di negara bagian Selangor
Malaysia.
0 komentar:
Posting Komentar